Minggu, 08 Maret 2015

Buatkan Untukku Rumah di Syurga

Bagiku,apa yg kumiliki saat ini sudah lebih dari cukup. Suami yang sholeh dan anak-anak yg sholeh/ah,InsyaAllah. Rumah walaupun menurut kita sederhana, itu sudah luar biasa. Walau terkadang kita masih suka terpana dengan mereka yang punya rumah besar dan elit, atau ngiler ngliat orang mengendarai mobil nyaman nan mewah... manusiawi kurasa. Tapi itu hanya kenikmatan dan kenyamanan di dunia...

Allah yang Maha Kaya berfirman :
 ”Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia” (QS. Al-Kahfi : 46).
yang namanya perhiasan memang indah bila dipandang,tapi belum tentu membuat si empunya tenang memilikinya.. Kita memang harus banyak berkorban dan bekerja keras untuk kehidupan kita. Tapi kerja keras dan pengorbanan kita bukan semata-mata untuk kenikmatan dunia, tapi upaya untuk mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Sia2 rasanya kalau seandainya kita terlalu ngoyo di dunia,kalau akhirat kemudian terlalaikan. Karena :
”Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, suatu yang melalaikan, dan perhiasan” (Qs. Al-Hadiid : 20).
Perjalanan kita mengarungi hidup bersama, adalah perjalanan yang luar biasa,banyak menyadarkan aku akan banyak hal. Menyadarkan aku betapa banyak nikmat yang seharusnya kita syukuri.

Sebagai Makmum...aku ingin dibimbing agar kelak dapat tinggal di istana indah di syurga-Nya.
Ingatkan aku yang pasti tidak sempurna. Ikhlaskan aku bekerja untuk dakwah. Karena doa yg kupanjatkan saat akan menikah adalah aku ingin mendapat suami yg mndukung kerja dakwahku. Begitu pula dengan apa yang kita miliki saat ini...juga bisa bermanfaat untuk ummat. Biarlah kita tinggal di rumah yang sederhana, tapi tetap aku minta, buatkan aku rumah di syurga...

Kamis, 11 September 2014

Jangan Sombong

Bismillahirohmaanirrrohiim.
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Ya Allah,semoga Engkau senantiasa membimbing hati, lisan, dan pikiranku berada dalam keridhoan-Mu.
Jauhkanlah diriku dan keluargaku dari sifat sombong karena kesombongan hanyalah milikmu Sang Pemilik alam semesta.
Hari ini aku teringat akan kisah Qorun yang durhaka dan sombong. Qorun adalah seorang yang awalnya miskin, tapi biidznillah do'a nabi Musa atas dirinya agar menjadi orang yang kaya dikabulkan oleh Allah.
Semula cita-citanya adalah membantu sesamanya. Tapi seiring dengan waktu, ternyata apa yang dicita-citakan tak dia laksanakan. Harta yang dia dapatkan justru membuat dirinya menjadi sombong. Kisahnya dapat kita lihat lengkap pada surat Al-Qasas ayat 76 - 82.
Qorun mengatakan harta yang dia dapatkan adalah hasil dari usahanya, padahal apa yang dia dapatkan tak lepas dari skenario Allah. Kalaupun Allah tidak menghendaki, pastilah dia tidak akan kaya. Kesombongan telah mengantarkannya ditelanbumi bersama harta yang diusahakan.
Sepenggal kisah Qorun memiliki makna yang sungguh dalam. Seberapa derajatpun kelebihan kita maka itu adalah karunia dari Allah. Manusia hanya berusaha, dan usaha itulah yang akan dinilai.
Allah tidak akan bertanya berapa bannyak harta yang kita kumpulkkan ketika dipanggil  oleh-Nya kelak. Tapi Allah akan menilai usaha,kejujuran, dan komitmen kita pada-Nya.
Kita harus ingat bahwa ketika menuju sukses, pasti ada yang terkorbankan. Maka janganlah melupakan orang-orang yang sudah membantu kita menapaki tangga kesuksesan. Tak ada guna harta, jabatan atau apa pun yang menjadi parameter kesuksesan seseorang,apabila dia tidak menghargai orang yang berkorban untuknya, banyak yang merasa terdzolimi, karena do'a orang yang dizalimi bisa terkabul seperti Nabi Musa yang akhirnya mendoakan Qorun agar hilang ditelan  bumi.
Na'udzubillah...

Senin, 23 September 2013

Anugerah Itu adalah ..... Kesempatan untuk Memilih

Pernahkah kita merenung, ternyata Allah SWT memberikan satu anugerah yaitu berupa kebebasan dan kemampuan untuk memilih. Yang tentunya ketika sudah jatuh pilihan kita atas sesuatu maka konsekuensi dan resiko atas pilihan tersebut haruslah kita tanggung. Pada dasarnya keberadaan dan kondisi kita saat ini adalah keputusan dari berbagai macam pilihan yang terbentang sejak awal diciptakannya manusia.
Nabi Adam turun ke bumi akibat pilihannya mengikuti ucapan iblis untuk makan buah khuldi. Kita lahir ke dunia ini karena ayah kita memilih untuk menikah dengan ibu kita. Kita berada di tempat kerja kita saat ini, juga hasil pilihan kita masing-masing. Memang Allah sudah membuat skenario atas kehidupan kita tapi tetap saja pilihan-pilihan itu ada di tangan kita masing-masing. Maka ketika kita keliru mengambil pilihan, jangan menyalahkan siapa pun, jangan menyalahkan Allah, jangan menyalahkan orang tua, teman, atasan, suami dan yang lainnya. tapi kita harus mengevaluasi kenapa itu bisa terjadi. Bisa jadi karena terburu-buru dan tak sabaran mengambil keputusan, atau ilmu kita yang masih kurang, dan yang terpenting barangkali kita masih jauh pada Sang Maha Pembuat Pilihan sehingga sensitivitas kita untuk memilih yang terbaik jadi berkurang.

Senin, 29 April 2013

Pola Perilaku Orang Tua dan Pengaruhnya pada Anak

   Menjadi orang tua bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan usaha dan kesabaran yang luar biasa agar anak-anak kita tumbuh dengan kepribadian yang menawan. Ibarat kita sedang bermain layang-layang, kadang kita harus menarik talinya agar tidak terlepas tak tentu arah, kadang juga harus diulur agar dia bebas bergerak mengikuti arah angin, yang pasti jangan sampai tali itu terlepas dari tangan kita karena ketika terlepas layangan bisa jadi berpindah tangan alias direbut orang, jatuh dan terinjak-injak, atau menggantung di suatu tempat, kadang di genteng atau mungkin di kabel listrik. Demikian pula dalam mendidik anak, terkadang kita harus tegas memberikan aturan pada mereka, kadang kita juga membebaskan mereka melakukan sesuatu sesuai pilihannya tapi tetap terkontrol agar tidak menyimpang dari aturan yang ada, karena bagaimanapun seorang anak adalah amanah yang harus dijaga.
     Pola perilaku orang tua dalam mendidik anak-anak, sudah tentu berpengaruh pada pembentukan karakter sang anak sampai dia dewasa. Berikut adalah Pola Perilaku Orang Tua dan pengaruhnya bagi anak (diambil dari buku 'Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Dr.H. Syamsu Yusuf  LN., M.Pd.)  :
 1. Overprotective (Terlalu Melindungi)
      Orang tua yang overprotective adalah orang tua yang memberikan bantuan terus menerus kepada anak, mengawasi kegiatan anak terlalu berlebihan, ketika anak terbentur kepada suatu masalah orang tua selalu membantu memecahkan masalah anak. Akibatnya anak sering memiliki perasaan tidak aman, agresif & dengki, mudah gugup, melarikan diri dari kenyataan, sangat tergantung pd orang lain, mudah menyerah, kurang PD, mudah terpengaruh, egois, dan suka bertengkar
 2 . Permisiveness (Pembolehan)
Orang tua Memberikan kebebasan untuk berpikir, menerima gagasan/pendapat, toleran dan memahami kelemahan anak, cenderung lebih suka memberi yang diminta anak. Anak dengan pola asuh seperti ini akan pandai mencari jalan keluar, dapat bekerja sama, PD, penuntut tapi kadang anak jadi sering tidak sabaran.
 3. Rejection (Penolakan)
Orang tua yang sering bersikap masa bodo, kaku, kurang mempedulikan kebutuhan anak, menampilkan sikap bermusuhan. Akibatnya adalah anak akan agresif (mudah marah, gelisah, tidak patuh/keras kepala, nakal), kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu, suka mengasingkan diri, mudah tersinggung dan penakut, sulit bergaul,pendiam, sadis.
 4. Acceptance (penerimaaan)
Memberikan cinta kasih yang tulus pada anak, menempatkan anak dalam posisi yang penting dalam rumah, memiliki hubungan yang hangat dalam rumah, berkomunikasi dg baik, terbuka, maka pengaruhnya pada anak adalah mereka mau bekerja sama, bersahabat, emosi stabil, ceria dan optimis, jujur, dapat dipercaya, memiliki perencanaan masa depan yang baik.
 5. Domination (dominasi)
  Orang tua mendominasi anak. Anak akan bersikap sopan, sangat hati-hati, pemalu, penurut, mudah bingung, tidak dapat bekerja sama. Anak dengan pola ini kelihatannya memang sangat baik, dapat  bersikap sopan, sangat hati-hati, pemalu, penurut, tapi ternyata juga mengakibatkan anak mudah bingung dan tidak dapat bekerja sama. 
 6. Submission (Penyerahan)
 Orang tua senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak, membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah. Akibatnya anak tidak patuh, tidak bertanggung jawab, agresif dan teledor, otoriter, terlalu percaya diri.
  7. Overdisiplin (terlalu disiplin)
   Orang tua yang overdisiplin mudah memberikan hukuman dan menanamkan kedisiplinan secara keras. Akibatnya anak tidak dapat mengambil keputusan, sering dicap nakal dan menunjukkan sikap bermusuhan.
       Dari ketujuh pola yang tersebut, mungkin yang paling ideal adalah yang ke-empat, yaitu pola Acceptance (Penerimaan). Bagaimana menurut pendapat Anda?

 
   
  

Selasa, 23 April 2013

Selamat Hari Kartini....

Masyarakat Indonesia merayakan hari Kartini setiap tanggal 21 April, biasanya beberapa merayakan dan memeriahkan dengan berbagai lomba, diantaranya dengan lomba busana daerah seperti yang kemarin kulihat di sebuah sekolah SD. Bagiku perayaan Kartini bukan hanya sekedar membangkitkan semangat "emansipasi"yang sering disalah arti, atau semangat "Kesetaraan Gender" yang diusung berbagai kelompok wanita yang sering tak tau diri.
Apa yang diperjuangkan Ibu Kartini bukan untuk menempatkan perempuan sama persis dengan laki-laki dalam segala hal ...repot juga ya kalo perempuan harus sama semuanya dengan laki-laki, padahal secara fisik dan psikologis perempuan dan laki-laki banyak perbedaannya. Walupun untuk hal-hal yang bersifat spiritual dan kemanusiaan memang ada kesamaan antara laki-laki dan perempuan, seperti dalam surat At-Taubah ayat 71, "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Kartini adalah pejuang hak wanita sejati, bukan memperjuangkan emansipasi yang membuat perempuan kadang lupa diri dan tak hormat pada suami. Yang beliau perjuangkan adalah pendidikan yang layak bagi kaum perempuan, yang pada saat itu memang didiskriminasikan. Pendidikan yang kelak menjadi bekal dalam mendidik putra-putri mereka, bukan justru untuk bersaing dengan tujuan ingin menjadi pemenang dalam pertarungan antara laki-laki dan perempuan. Sebagaimana pikiran RA. Kartini yang ditulis pada masa hidupnya. “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”. Demikian surat RA. Kartini kepada Prof. Anton dan istrinya pada 4 Oktober 1902.
Semoga perempuan-perempuan Indonesia khususnya para muslimah tidak terjebak dengan permasalahan kesetaraan GENDER dan arus dunia yang mengarah  pada materialisme dunia yang sangat menggoda. Kembalikan semua pada hukum Allah SWT....
Walaupun agak terlambat saya ucapkan Selamat Hari Kartini....bagi perempuan-perempuan Indonesia :)

Kamis, 14 Maret 2013

Beratnya Mengawali Usia Remaja

        Menghadapi anak SMP memang berbeda dibandingkan mengajar anak di tingkat di bawahnya atau di atasnya. Anak SMP, berada pada fase  Remaja Awal (12-15 Tahun), menurut Kartono (1990). Pada saat ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar, pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun mereka masih belum bisa  meninggalkan sifat kanak-kanakannya. Pada masa ini remaja sering merasa ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
     Masa-masa ini merupakan masa yang sangat berat bagi mereka untuk menyesuaikan segala macam kondisi perkembangan dalam diri, lingkungan sekolah, lingkungan teman-teman sebaya, dan juga sikap orang tua terhadap dirinya. Tetapi sebetulnya penyesuaian ini tidak akan terlalu berat dirasakan jika lingkungan keluarga, khususnya, sudah mempersiapkan hal ini dari jauh hari ketika usia mereka masih  dini. 
       Pola pendidikan anak di usia dini akan terlihat pada perilaku usia remaja mereka. Bila pada usia dini mereka terlalu dimanjakan dengan segala kemudahan, dituruti setiap ada kemauan, maka mereka akan menjadi remaja yang tidak mandiri, mudah putus asa dan kemungkinan memiliki dendam tersendiri pada orang tua, mereka merasa bahwa ayah dan ibu sudah tidak peduli. Karena banyak orang tua yang secara drastis di usia itu "melepaskan" anak-anak  yang dianggapnya sudah mandiri, tanpa menyadari bahwa para orang tua itu belum memberikan bekal kemandirian yang cukup saat anaknya masih berusia dini.   
      Ada pula tipe anak yang terlalu banyak diatur dengan sistem yang kaku sejak kecil, perintah orang tua diawali dengan kata "Pokoknya", anak tidak diberi kebebasan berpendapat. Ujung-ujungnya dia akan minder, sulit maju karena dihinggapi banyak ketakutan ketika akan melangkah. Ini salah .. itu salah. 
       Bagi orang tua yang sedang menghadapi anak usia remaja...banyak-banyaklah bersabar, mengintrospeksi diri, jadikan diri kita sahabat yang terbaik bagi mereka, dan tentu harus banyak berdo'a, mendekatkan diri pada-Nya. Kenakalan anak di usia remaja, adalah cermin pola didik orang tua dan lingkungan sekitarnya. Betapa pun beratnya perubahan di usia ini, harus dihadapi dan bukannya dihindari, karena keberhasilan 'menaklukan' anak-anak di usia ini akan mengantarkan mereka menuju gerbang keberhasilan di masa mendatang. Insya Allah....
    

Kamis, 21 Februari 2013

Mau Jadi Guru yang Kaya ...?? Yakin...Pasti Bisa !!! ^_^

Kenapa sih guru harus kaya? Matre dong namanya??Guru kan pahlawan tanpa tanda jasa!Eit..tunggu dulu, yang namanya kaya memang berkaitan dengan harta saja?? Jadi guru itu kan harus kaya ilmu, kaya hati, dan ofcourse ga salah juga kalo kaya harta, manusiawi lah...guru juga manusia.
Kenapa harus kaya ilmu? Ya pastilah...namanya juga guru, pastilah harus banyak menyampaikan sesuatu, kalo gak banyak ilmu, anak-anaknya mau dikasih apa, jadi apa?jangan sampe karena ilmunya pas-pasan akibatnya kemampuan anaknya juga jadi ikut pas-pasan. Asal lulus saja. Yang kasihan bukan hanya anaknya, negara juga rugi loh...bayangkan kalau dari sekian juta guru (apalagi yang digaji pemerintah) ada seratus ribu  guru ga kaya ilmu dan wawasan, berapa ratus ribu anak Indonesia yang ikut-ikutan ga pinter yang akhirnya menjadi penyumbang kemunduran bagi negara ini...Kalau gurunya banyak ilmu, kan bisa banyak berbagi dengan anak didiknya. Apalagi kalau bisa menyesuaikan diri dengan berbagai bidang keilmuan yang berkembang saat ini, apa ngga tambah pinter tuh anak didiknya...
Jadi guru juga harus kaya hati. Karena guru itu digugu dan ditiru. Kata-kata dan perilakunya akan disorot oleh banyak orang, bukan cuma anak didiknya saja. Berat memang, itulah resiko menjadi seorang guru. Harus berbesar hati meninggalkan kebiasaan-kebiasaan  yang tidak baik supaya anak didik meniru kebiasaan baik dari diri kita, ikhlas menghadapi anak didik yang tingkahnya macam-macam, ikhlas mendengarkan curhat  mereka, sabar menghadapi orang tua yang kadang tidak bisa sejalan dalam mendidik anaknya, ikhlas bekerja di luar jam ngajar, sabar menghadapi  lingkungan yang kadang tidak sepaham, ikhlas mendapatkan penghasilan yang pas-pasan (pas butuh pas ada ^_^)
Jadi guru juga harus kaya harta...kenapa?Kalo guru bisa kaya, gak pusing lagi mikirin uang belanja di rumah yang pas-pasan. Waktunya bisa dimanfaatkan lebih banyak untuk memikirkan apa yang harus diperbuat untuk anak-anak didik. Tapi tetep jangan sampe menelantarkan anak didik. Pengen kaya tapi akhirnya anak didik sering ditinggal untuk mengerjakan proyek, ngorupsi dana buwat sekolah dan anak didik. Kalau gajinya sudah lumayan apalagi kalo sudah pada sertifikasi, ngapain pake acara korupsi dan bikin pungli :), jalankan tugas sesuai dengan komitmen dan tupoksi sebagai guru.
Bisakah itu semua direalisasikan oleh seorang guru?? Pasti BISA !!
Keinginan adalah modal penting bagi seseorang untuk dapat berubah. Berubah menjadi lebih baik tentunya, kualitas hidup yang lebih baik, pola kerja yang lebih baik, cara mengajar  yang lebih baik, rumah yang lebih baik, penghasilan yang lebih baik, dsb...Tapi keinginan itu tidak akan pernah terwujud, bahkan gagal dan hanya menjadi sebuah mimpi  jika seseorang tidak memiliki keyakinan. Keyakinan ibarat sebuah energi yang mendorong kita melakukan apapun sesuai dengan keinginan yang akan diraih. Orang yang tidak yakin bahwa dia bisa mencapai impiannya, jelas kalah sebelum bertanding. Dan tentunya kita gantungkan semua harapan itu kepada yang Maha Kuasa atas terkabulnya keinginan kita ...Allah SWT.
Rasulullah saw bersabda:

اَلصَّبْرُ نِصْفُ الإِيْمَانِ وَالْيَقِيْنُ اَْلإِيْمَانُ كُلُّهُ
Sabar adalah separuh iman, sedangkan keyakinan adalah iman seluruhnya.

Rahmat Allah itu sangatlah luas, keyakinan kita untuk mencapai sesuatu apalagi tujuannya baik, tentu akan Allah memberi support alias pertolongan yang sering tidak kita duga.