Rabu, 26 Desember 2012

When I was...

Aku dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang mengalami pasang surut ujian yang menurutku luar biasa, walaupun kalau dilihat ke bawah, aku bersyukur masih lebih baik daripada keluarga lain yang nasibnya jauh lebih buruk dari keluargaku. Ketika kecil sampai usia 6 tahun, Bapak dalam masa jaya, jadi direktur di sebuah perusahaan. Katanya aku kenyang dibawa jalan-jalan kemana-mana, fasilitas yang tercukupi untuk ukuran tahun 80-an. Tapi sayang, masih kecil, jadi aku belum terlalu ingat, hanya foto-foto yang jadi saksi bisu ...;)
Namun kebahagiaan dalam wujud materi itu berubah dan membalik keluargaku dalam kondisi yang kacau, perusahaan Bapakku bangkrut, ekonomi keluargaku berada dalam kondisi yang tidak begitu baik. Alhamdulillah ibuku masih bekerja sebagai guru di sebuah SD Negeri. Walaupun gaji guru saat itu sangat jauh dari sejahtera, tidak seperti saat ini, ditambah hasil kerja Bapak yang sering tak menentu. Kami anak-anaknya bisa sekolah sampai ke jenjang Perguruan Tinggi.
Ibu selalu mengatakan, kami tidak punya harta yang dapat diwariskan, hanya ada satu rumah BTN yang kami tinggali,warisan kami adalah membiayai anak-anak untuk sekolah supaya bisa memenuhi semua kebutuhan sendiri tanpa bergantung pada orang tua kelak.
Karena mungkin aku anak perempuan satu-satunya, paling tua, jadi segala kesulitan, kesenangan yg ibuku alami, aku pun merasakan...kesabaran, kunci utama yang menjadikan ayah dan ibuku tetap bersatu dalam keadaan susah dan senang. Kesadaran akan masa depan anak-anaknya juga membuat ibuku kuat menghadapi ujian.
Pelajaran-demi pelajaran akan terus kupetik, sebagai pengingat diri untuk mengikuti arah yang sesuai dan menghindari jalan yang sekiranya menjerumuskan. Mensyukuri keberadaan kita saat ini adalah pembuka menuju kebahagiaan yang abadi. Syukur bukan hanya sekedar pada banyaknya harta, yang justru seringkali membuat orang menjadi kufur. Syukur bukan hanya pada pujian  yang seringkali membuat orang menjadi ghurur. Bersyukurlah atas segala kenikmatan walaupun kenikmatan itu hanya sedikit. Karena dari yang sedikit lama-lama bisa jadi bukit...

Selasa, 11 Desember 2012

Keluarga Berkualitas


Bersatunya dua insan yang berbeda dalam naungan pernikahan  adalah suatu peristiwa sakral. Terbentuknya suatu keluarga bukan hanya janji yang diucapkan dan didengarkan oleh sekian banyak undangan yang menghadiri aqad nikah, tapi janji yang akan senantiasa terdengar dan terjaga di ‘Arasy Ilahi.  Menjaga keutuhan, kelanggengan, dan keharmonisan keluarga adalah satu pekerjaan panjang yang melelahkan namun kelelahan itu akan terobati jika seluruh anggota keluarga memiliki kesamaan visi, mengejar kedudukan yang mulia di surga yang nan abadi. Baiti, Jannati...Rumahku, Surgaku...., demikian Rasulullah  SAW memosisikan sebuah keluarga yang harmonis dan berkualitas yang akan senantiasa berlimpah rasa saling mencintai, menjadi tempat yang nyaman untuk kembali dari hiruk pikuknya putaran aktivitas dunia.
Hadirnya keluarga yang harmonis dan berkualitas, sangat didambakan di negeri kita ini. Keluarga berkualitas akan menjadi poros perubahan di masyarakat, mereka tidak hanya sibuk dengan urusan masing-masing, namun justru menjadi wadah pemberdayaan masyarakat, dan melahirkan generasi penerus perjuangan bangsa yang tangguh dan kokoh secara intelektual, fisik, emosional dan ruhiyah.
Keluarga harus menjadi tonggak utama penyebaran nilai-nilai Islam dan kebaikan di negeri yang semakin tergerus arus globalisasi. Alangkah miris hati nurani dengan meningkatnya angka perceraian dari tahun ke tahun. Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) mencatat selama periode 2005 hingga 2010 terjadi peningkatan perceraian hingga 70 persen. (Republika co.id)  Tentu saja hal ini sangat disayangkan, karena dengan tingginya tingkat perceraian, semakin banyak pula permasalahan sosial yang muncul.
 

Tergesa-gesa

Allah memberikan nikmat waktu luang yang sangat banyak, tapi kadang atau malah sering kita tak bersyukur atas nikmat tersebut. Terkadang kita sendiri yang mengulur-ulur waktu, dan ketika datang deadline akhirnya grasak-grusuk mengejar target dalam waktu yang sangat terbatas. Dan hasilnya? Sering tidak optimal. Sadar atau tidak sadar hal ini sudah sering terjadi sejak kita kecil. Ketika sekolah sampai kuliah, masih banyak diantara kita yang belajar dengan sistem SKS alias Sistem Kebut Semalam, besok ujian malam ini baru belajar. Ketika mengerjakan tugas pun demikian, tugas yang diberikan sebulan lalu baru dikerjakan sehari sebelum dikumpulkan. Ketika sudah bekerja pun ternyata masih tetap sama, kebiasaan seperti itu sepertinya perlu latihan ekstra supaya dapat hilang ya minimal berkurang lah...
Tergesa-gesa ternyata memang sudah jadi tabiatnya manusia sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra : 11
Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana dia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia (bersifat) tergesa-gesa.
Di dalam beberapa hal, terutama dalam melakukan amal-amal soleh, kita memang harus tergesa-gesa, jangan sampai tertinggal, fastabiqul khairat....bergegas mendahului orang lain untuk berbuat kebaikan, itu sifat tergesa-gesa yang positif.
Tergesa-gesa yang negatif ???selain masalah tugas, dalam kehidupan nyata kita sering melakukan tindakan tergesa-gesa yang lebih mengarah pada tindakan yang irasional. Contohnya...pas online, ada iklan lewat, barang keluaran terbaru, diskonnya menarik, langsung aja dibeli tanpa pikir panjang, padahal ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Atau mungkin bisa jadi untuk hal-hal yang baik, misalnya ngajak orang berbuat baik (dakwah), tapi langsung action alias ekstrim tanpa pake strategi  akibatnya bukan bikin orang jadi baek eh malah dia menjauh dari kita dan justru  membenci apa yang menurut kita baik.Kalau sudah begini yang repot bukan hanya kita, tapi orang lain, komunitas, atau bahkan agama jadi kena batunya.
Jadi bertindak bijak dan rasionallah dalam melakukan apapun.
an sebagaimana dia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia (bersifat) tergesa-gesa.

Sabtu, 24 November 2012

Mimpi

"Mimpi itu gratis!" Itu yang sering diucapkan oleh suamiku kalau kuprotes jika dia sedang mengungkapkan mimpi-mimpinya. Walaupun mimpi-mimpi itu masih sangat sederhana.Tapi alhamdulillah hampir seluruhnya bisa tercapai. Dan aku pun bisa ikut menikmati hasil dari mimpinya. Kadang memang kita tak berani untuk bermimpi. Padahal mimpi itu perlu juga sebagai motivator kita untuk bekerja dan beramal dengan lebih baik lagi.
Mimpi mendekatkan kita pada kenyataan, mimpi akan membawa kita dekat pada Allah. Ko bisa ya? Saat kita punya impian,mau tidak mau kita pasti membayangkan seolah-olah kita sedang bersama atau berada dalam impian kita. Coba kalau kita ngga pernah punya mimpi, atau takut bermimpi malah,  tentu tak ada bayangan apa pun di pikiran kita. Orang yang serius dengan mimpinya, jadi punya harapan, harapan itu bisa jadi sebuah do'a, dan do'a itu tentu kita gantungkan pada Yang Maha Memiliki apa yang kita impikan. Semakin banyak mimpi dan keinginan kita, semakin banyak interaksi kita dengan-Nya.
Jadi, silakan bermimpi apa pun, asal bermimpi yang positif dan tentu harus ada usaha, jangan hanya kebanyakan mimpi tapi malas untuk merealisasikannya.

Rabu, 21 November 2012

KENAPA PERLU BELAJAR WIRAUSAHA SEJAK DINI?

       Wirausaha atau dikenal pula dengan istilah Entrepreneur dapat diperkenalkan sejak dini melalui lembaga pendidikan formal, entah itu di SMA, SMP bahkan mungkin dimulai dari bangku SD. Kenapa perlu diajarkan sejak dini? Karena untuk menjadi seorang wirausahawan yang tangguh tidak bisa seinstan yang diharapkan. Bukannya karena baru sekali ikut seminar-seminar wirausaha kemudian bisa langsung jadi. Tapi diperlukan latihan yang cukup panjang untuk memunculkan keberanian, kemandirian, memunculkan ide, menghadapi dan memecahkan masalah, dan menimba pengalaman dari mereka yang sudah berhasil.
Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal atau pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat, kewirausahaan menjadi berkembang.
     Dalam agama Islam, kewirausahaan sudah dicontohkan sejak zaman Nabi Muhammad S.A.W. Dimana beliau adalah seorang usahawan yang ulung. Beliau memupuk jiwa wirausaha sejak dini, dengan ikut pamannya berdagang ke Syiria. Khadijah, istri pertama Rasulullah dikenal pula sebagai usahawan. Para sahabat di zaman Rasul pun banyak yang menjadi usahawan sukses.  Utsman bin Affan, salah seorang Khulafa’ur Rasyidin yang juga seorang pengusaha. Meskipun kaya raya, beliau hidup dengan sederhana dan sangat dermawan sehingga beliau dijuluki sebagai Bapak Zuhud. Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat nabi yang kaya raya dan dermawan karena kemahirannya dalam berdagang. Ia termasuk salah satu sahabat nabi yang permulaan menerima Islam (Assabiqunal Awwaluun).
       Berwirausaha memang jarang menjadi pilihan untuk meningkatkan perekonomian, masyarakat lebih cenderung menjadi karyawan atau pegawai negeri. Padahal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa suatu bangsa mampu membangun negerinya apabila wirausahawannya mencapai 2% dari jumlah penduduknya. Sepanjang wirausahawan tersebut sudah terjamin mutu dan kelangsungan hidupnya.


Selasa, 13 November 2012

Seimbang

Allah SWT menciptakan segala sesuatu di dunia ini dengan seimbang. Perhatikan bagaimana Allah siang dengan malam, bumi dan langit, ada pahala dan dosa, ada kebaikan dan keburukan....alam pun diciptakan dengan seimbang, pas untuk kebutuhan makhluk yangdiciptakan-Nya. Yang merusak keseimbangan justru manusia, yang akhirnya menimbulkan kerugian bagi manusia itu sendiri. Mengapa manusia berbuat kerusakan di muka bumi? Karena manusia tidak dapat memanfaatkan potensi yang telah Allah berikan dengan seimbang.
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (Q.S Al-Mulk[67]: 3-4)
Setiap manusia memiliki 3 potensi dalam dirinya, yaitu jasad, ruh, dan akal. Ketiga potensi ini jika dioptimalkan fungsinya, tentu akan melejitkan sosok makhluk Allah yang paling sempurna.
Manusia memiliki jasad yang harus senantiasa dijaga kesehatannya, pola hidup yang baik mulai dari pola makan, aktivitas kerja, olah raga dan istirahat, harus seimbang, agar tidak loyo. Umur memang di tangan Allah, alangkah  lebih berharganya hidup kita jika menjalani hidup dengan fisik yang sehat dan bugar. Manusia juga memiliki ruh. Sisi ruhiyah tentu harus diperhatikan juga. Ruh juga perlu asupan layaknya jasad yang memerlukan makan. Yaitu dengan senantiasa mengingat Allah. Fisik yang kekar tidak ada artinya jika energi ruhiyahnya kosong. Manusia juga punya akal yang juga perlu makan, kok bisa?ya bisalah...akal butuh asupan ilmu, tapi tentu ilmu yang baik-baik, yang bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Apa yang akan terjadi jika ketiga potensi itu tidak teroptimalkan ??
Coba bayangkan seseorang yang memiliki fisik yang kuat, ganteng/cantik, sholatnya rajin...tapi ternyata dia agak tulalit, ga nyambung kalo diajak ngomong, bingung kalo mau ngobrol sama orang karena ilmunya ga nyampe. Tentu dia akan MINDER..
Bagaimana dengan orang yang sholatnya rajin, ilmunya juga woke karena dia rajin baca buku dan ikut kajian sana sini, tapi dia tidak memperhatikan kebutuhan fisiknya, makan tidak teratur, olah raga tidak pernah, yang terjadi adalah fisiknya jadi KELENGER.
Trus kalo orangnya sehat, kebutuhan fisik sudah optimal, otaknya juga pinter kaya profesor, tapi ternyata dia jauh sama Allah. Dia manfaatkan ilmunya hanya untuk kesenangan pribadi atau justru untuk merusak atau mendzalimi orang lain, maka dia disebut orang yang KEBLINGER alias ga tau diri...
So...supaya tidak termasuk dalam 3 kategori tadi, berusahalah hidup dengan seimbang atau  TAWAZUN. 


Allah berfirman dalam Al-Quran surat Ar-Rahman[55]: 7-9
"Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu"

Wallahu a'lam bisshawab
     

Senin, 05 November 2012

Belajar dari Sejarah

Sejarah adalah sesuatu yang sangat harus kita pelajari. Tidak semata menghafal tanggal, tapi yang lebih penting adalah memahami makna yang terkandung dari peristiwa yang sudah berlalu. Dari sejarah, kita bisa belajar banyak. Belajar tentang bagaimana orang-orang berhasil meraih kesuksesan. Belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang-orang terdahulu.
Sebagai seorang muslim misalnya, kita mempelajari sejarah para nabi. Mulai dari Nabi Adam A.S sampai Nabi Muhammad S.A.W. Untuk apa kita belajar sejarah nabi? Apakah hanya supaya hafal nama-nama nabi? Kalo hanya sekedar menghafal nama, itu sesuatu yang mudah. Tapi tahukah kita akan kejadian yang menimpa para nabi dan kaumnya? Apa akibat dari ketidakyakinan umat para nabi di zamannya  pada ajaran Allah sehingga mereka mengalami kehancuran? Andaikan semua manusia di zaman ini sadar dan yakin akan peristiwa di masa lampau termasuk azab yang ditimpakan pada mereka. Mungkin tak akan ada yang berani menyombongkan kekayaan dunia seperti Qorun, atau tak akan ada yang berani melakukan homoseks seperti yang dilakukan orang-orang pada zaman nabi Luth....
Sejarah memang sesuatu yang sangat jauh dan tidak bisa kita ulang. Tapi dari sejarah kita bisa berkaca diri, berusaha memperbaiki diri, dan belajar untuk menghargai karena bagaimanapun keberadaan kita di dunia adalah bagian dari suatu sejarah. Apakah sejarah hidup kita kelak tercatat dengan tinta emas atau kah justru kita mengotori catatan sejarah hidup kita? it's depend on you!!
Let's Fastabiqul Khairat
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al Abaqarah 148).

Rabu, 24 Oktober 2012

Positif atau Negatif?

Zaman akan terus bergerak dan berubah, tapi keyakinan pada Allah SWT tak bisa berubah. Allah akan tetap Esa, Allah akan senantiasa ada di setiap langkah kita...
Terkadang kita terlalu over estimate yang  justru cenderung berarah pada pesimisme melihat kemajuan zaman yang tentunya berimbas pada segala macam kehidupan sosial. Kita memang khawatir terhadap melesatnya alat komunikasi terhadap pergaulan anak-anak kita. Efeknya memang terkadang negatif, tapi dibalik sisi negatif tentu ada sisi positifnya. Segala sesuatu bila dilihat sisi negatifnya saja memang pada akhirnya akan menimbulkan prasangka-prasangka yang buruk dan ujungnya akan melahirkan fitnah. Tapi ketika apa yang kita lihat adalah sisi positif maka potensi-potensi baik pun akan bermunculan. Misalkan ketika mendapatkan oleh-oleh dari teman yang baru datang dari luar negeri. Ada yang di dalam hatinya mengatakan "Ah, sombong amat, baru ke luar negeri sekali aja pake ngasih oleh-oleh begini segala, yang kaya gini mah di Indonesia juga ada!" Orang yang seperti ini sudah menutup peluang kebaikan untuk dirinya sendiri, menutup peluang bersyukur, menutup peluang mendapatkan rizki yang lebih baik. Malah dia dapat dosa kalau apa yang disangkakan tidak benar. Orang yang satu lagi mengatakan : "Alhamdulillah, terima kasih ya atas hadiahnya,mudah-mudahan bermanfaat, semoga kamu bisa dapat kesempatan pergi ke sana lagi, dan bisa ngajak saya :) !" Orang yang ini tentu dibukakan peluang-peluang mendapatkan kebaikan, dengan bersyukur pada Allah, rizkinya bisa jadi nambah, dapat pahala karena menyenangkan orang lain, dan bisa mendoakan orang lain dan diri sendiri. 
So...Hadapi masa depan dengan positif thinking, dan positif effort tentunya, gantungkan semua harapan pada yang Maha Mengatur kehidupan. Kuatkanlah keyakinan pada-Nya, biarkan Allah yang menjaga keturunan kita di masa yang akan datang. Jangan lupa berdo'a...

Senin, 08 Oktober 2012

Belajar dari Kubangan Air

Pernahkah Anda melihat kubangan air atau mungkin air got yang tergenang ?
Apa yang terjadi ketika ada air bekas cucian yang masuk ke dalam air yang tergenang itu?
Apa yang terjadi ketika air hujan turun?
Manusia yang tidak berusaha untuk belajar memahami ayat-ayat Allah, tidak mau berusaha memperbarui keimanannya pada Allah, diibaratkan seperti air yang berada dalam kubangan atau seperti air got yang tak pernah mengalir. Dia akan terus berputar dalam kubangan, yang makin lama akan berkurang kejernihannya bahkan bisa menjadi sarang penyakit. Ketika iman seseorang lemah karena silau dengan nikmatnya dunia yang semu, terlalu cinta pada harta, jabatan, harga diri dan syahwat , dan dia enggan untuk memperbarui iman, maka akibatnya mata hati tak lagi jernih, keras dan muncullah berbagai macam penyakit, entah itu penyakit psikis ataupun fisik.
Saat air yang tergenang tersiram air yang kotor, maka yang terjadi air yang tadinya tidak terlalu kotor akan semakin kotor. Manusia yang tidak berusaha memperbarui iman, ketika bertemu lingkungan atau teman yang tidak baik tentunya akan mendapat pengaruh dari lingkungannya. Yang tadinya masih mau shalat, ketika bertemu teman-teman yang tidak pernah shalat pasti akan terpengaruh.Entah hanya untuk menunda waktu, sampai akhirnya bisa bolong sholatnya atau bisa jadi ngga sholat sama sekali
Ketika hujan turun, air yang semula tergenang akan terkikis oleh derasnya air hujan, air yang semula kotor akan tergantikan dengan aliran air yang lebih jernih. Begitupun dengan manusia yang terus menerus memperbarui keimanannya. Ketika hatinya mulai kotor, siraman Ruhiyah akan ia cari. Imannya akan senantiasa dipertebal dengan zikrulah, mengingat Allah di setiap kesempatan, merasakan hadirnya Allah Yang Maha Melihat di setiap kesempatan. Sehingga lunturlah noda-noda yang mulai mengotori hatinya. Pengaruh yang tidak baik dari luar diri otomatis tak akan berdaya mewarnai hati yang senantiasa dibersihkan. 
Subhanallah..Maha Suci Allah atas segala hikmah yang diberikan melalui ayat-ayat kauniyah-Nya...   

Jumat, 05 Oktober 2012

Sajadah oh Sajadah

       Syaithan tak akan kenal lelah untuk mencari pengikut dari golongan manusia. Ketika kita akan berbuat kebaikan, pasti akan senantiasa dihembuskan bisikan-bisikan hati yg membuat kita membelokkan niat, apalagi untuk berbuat kejahatan, pasti para syaithon akan mendukung penuh.
       Pun ketika sholat, baru mau mulai sholat godaan bermunculan, mulai dari acara TV yang nanggung untuk dilewatkan, kerjaan kantor yang sudah deadline, update status yang blom slsai dan banyak alasan lain yang bikin kita jadi menduakan Allah. Ketika sholat berjama'ah...itu juga jadi ladang buat para syaithon nyari mangsa. Rasulullah SAW dalam sabdanya : " “Luruskan shaf-shaf kalian karena sesungguhnya kalian itu bershaf seperti shafnya para malaikat. Luruskan di antara bahu-bahu kalian, isi (shaf-shaf) yang kosong, lemah lembutlah terhadap tangan-tangan (lengan) saudara kalian dan janganlah kalian menyisakan celah-celah bagi setan." (HR Abu Daud).
        Bujuk rayu syetan pun dihembuskan lewat sajadah, bentuknya yang sekarang semakin lebar memang membuat kita nyaman dan betah duduk di sajadah. Tapi  bentuk yang lebar ini, kadang bermasalah ketika dipake buat sholat jama'ah. Egoisme mulai terasa sejak sajadah lebar dibentangkan. Bukannya berlomba-lomba merapatkan shaff, justru yang dirapatkan adalah sajadahnya, jama'ah tidak mau bergeser merapatkan kaki atau bahu dengan jama'ah di sampingnya, karena sudah PeWe dengan sajadahnya yang super lebar, akhirnya semakin senanglah syetan karena dikasih tempat buat menggoda manusia. Bahkan karena saking lebar dan bagus sajadahnya, akhirnya yang sajadahnya Jadul bin Kumel bin Kecil jadi korban penindasan sajadah yang besar. Dan ini biasanya terjadi di shaff ibu-ibu....kalo di shaff bapak-bapak mudah-mudahan sih tidak begitu ::)
       Padahal semestinya ketika sekarang muncul trend sajadah yang lebar, itu justru jadi ladang amal buat yang punya sajadah, supaya sajadahnya bisa bermanfaat juga untuk orang lain yang mungkin pas sholat tidak bawa sajadah.

Sabtu, 29 September 2012

ARITMAJARI


Berhitung adalah salah satu keterampilan dasar yang perlu dimiliki seseorang sejak usia dini. Kadang orang tua sulit untuk mengajarkan proses perhitungan dasar, entah itu penjumlahan apalagi pengurangan. Berbagai metode berhitung digunakan, mulai dari menggunakan 10 jari tangan ditambah lagi jari kaki, memakai lidi, mental aritmatika,sempoa, jarimatika, dll. 
     Saya pernah mempelajari teknik berhitung Jarimatika. Ketika mengajarkan metode ini untuk anak usia SD, dengan ukuran anak yang otaknya cukup cerdas, metode ini memang bisa dengan cepat dikuasai. Masalahnya sekarang adalah justru orang tua ingin anaknya pandai berhitung pada usia TK. Ketika metode ini  diajarkan pada anak TK, ternyata hasilnya tidak terlalu optimal. Salah satu penyebabnya karena mereka agak kerepotan memahami rumus-rumus yang diberikan dalam metode ini.
     Akhirnya saya punya ide untuk mengajarkan metode berhitung kombinasi antara simbolisasi jari pada Jarimatika dan mengurutkan angka. Metode ini dinamakan ARITMAJARI. Dengan kesepuluh jari tangan dengan mudah anak-anak dapat mengurutkan bilangan 1 hingga 99. Tak perlu lagi mengangkat jari kaki karena ingin menghitung hingga 20 dan tidak perlu juga menghafal kawan/teman kecil, kawan/teman besar, dll..  ARITMAJARI tidak hanya sekedar mengasah otak anak dengan kemampuan berhitung, tetapi juga melatih kemampuan motorik terutama jari-jari tangan. Dengan mempermudah pembelajaran berhitung terutama penjumlahan dan pengurangan, diharapkan ini menjadi awal bagi anak-anak untuk dapat menyukai matematika yang sering kali disebut sebagai pelajaran yang sulit.