Senin, 29 April 2013

Pola Perilaku Orang Tua dan Pengaruhnya pada Anak

   Menjadi orang tua bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan usaha dan kesabaran yang luar biasa agar anak-anak kita tumbuh dengan kepribadian yang menawan. Ibarat kita sedang bermain layang-layang, kadang kita harus menarik talinya agar tidak terlepas tak tentu arah, kadang juga harus diulur agar dia bebas bergerak mengikuti arah angin, yang pasti jangan sampai tali itu terlepas dari tangan kita karena ketika terlepas layangan bisa jadi berpindah tangan alias direbut orang, jatuh dan terinjak-injak, atau menggantung di suatu tempat, kadang di genteng atau mungkin di kabel listrik. Demikian pula dalam mendidik anak, terkadang kita harus tegas memberikan aturan pada mereka, kadang kita juga membebaskan mereka melakukan sesuatu sesuai pilihannya tapi tetap terkontrol agar tidak menyimpang dari aturan yang ada, karena bagaimanapun seorang anak adalah amanah yang harus dijaga.
     Pola perilaku orang tua dalam mendidik anak-anak, sudah tentu berpengaruh pada pembentukan karakter sang anak sampai dia dewasa. Berikut adalah Pola Perilaku Orang Tua dan pengaruhnya bagi anak (diambil dari buku 'Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Dr.H. Syamsu Yusuf  LN., M.Pd.)  :
 1. Overprotective (Terlalu Melindungi)
      Orang tua yang overprotective adalah orang tua yang memberikan bantuan terus menerus kepada anak, mengawasi kegiatan anak terlalu berlebihan, ketika anak terbentur kepada suatu masalah orang tua selalu membantu memecahkan masalah anak. Akibatnya anak sering memiliki perasaan tidak aman, agresif & dengki, mudah gugup, melarikan diri dari kenyataan, sangat tergantung pd orang lain, mudah menyerah, kurang PD, mudah terpengaruh, egois, dan suka bertengkar
 2 . Permisiveness (Pembolehan)
Orang tua Memberikan kebebasan untuk berpikir, menerima gagasan/pendapat, toleran dan memahami kelemahan anak, cenderung lebih suka memberi yang diminta anak. Anak dengan pola asuh seperti ini akan pandai mencari jalan keluar, dapat bekerja sama, PD, penuntut tapi kadang anak jadi sering tidak sabaran.
 3. Rejection (Penolakan)
Orang tua yang sering bersikap masa bodo, kaku, kurang mempedulikan kebutuhan anak, menampilkan sikap bermusuhan. Akibatnya adalah anak akan agresif (mudah marah, gelisah, tidak patuh/keras kepala, nakal), kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu, suka mengasingkan diri, mudah tersinggung dan penakut, sulit bergaul,pendiam, sadis.
 4. Acceptance (penerimaaan)
Memberikan cinta kasih yang tulus pada anak, menempatkan anak dalam posisi yang penting dalam rumah, memiliki hubungan yang hangat dalam rumah, berkomunikasi dg baik, terbuka, maka pengaruhnya pada anak adalah mereka mau bekerja sama, bersahabat, emosi stabil, ceria dan optimis, jujur, dapat dipercaya, memiliki perencanaan masa depan yang baik.
 5. Domination (dominasi)
  Orang tua mendominasi anak. Anak akan bersikap sopan, sangat hati-hati, pemalu, penurut, mudah bingung, tidak dapat bekerja sama. Anak dengan pola ini kelihatannya memang sangat baik, dapat  bersikap sopan, sangat hati-hati, pemalu, penurut, tapi ternyata juga mengakibatkan anak mudah bingung dan tidak dapat bekerja sama. 
 6. Submission (Penyerahan)
 Orang tua senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak, membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah. Akibatnya anak tidak patuh, tidak bertanggung jawab, agresif dan teledor, otoriter, terlalu percaya diri.
  7. Overdisiplin (terlalu disiplin)
   Orang tua yang overdisiplin mudah memberikan hukuman dan menanamkan kedisiplinan secara keras. Akibatnya anak tidak dapat mengambil keputusan, sering dicap nakal dan menunjukkan sikap bermusuhan.
       Dari ketujuh pola yang tersebut, mungkin yang paling ideal adalah yang ke-empat, yaitu pola Acceptance (Penerimaan). Bagaimana menurut pendapat Anda?

 
   
  

Selasa, 23 April 2013

Selamat Hari Kartini....

Masyarakat Indonesia merayakan hari Kartini setiap tanggal 21 April, biasanya beberapa merayakan dan memeriahkan dengan berbagai lomba, diantaranya dengan lomba busana daerah seperti yang kemarin kulihat di sebuah sekolah SD. Bagiku perayaan Kartini bukan hanya sekedar membangkitkan semangat "emansipasi"yang sering disalah arti, atau semangat "Kesetaraan Gender" yang diusung berbagai kelompok wanita yang sering tak tau diri.
Apa yang diperjuangkan Ibu Kartini bukan untuk menempatkan perempuan sama persis dengan laki-laki dalam segala hal ...repot juga ya kalo perempuan harus sama semuanya dengan laki-laki, padahal secara fisik dan psikologis perempuan dan laki-laki banyak perbedaannya. Walupun untuk hal-hal yang bersifat spiritual dan kemanusiaan memang ada kesamaan antara laki-laki dan perempuan, seperti dalam surat At-Taubah ayat 71, "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Kartini adalah pejuang hak wanita sejati, bukan memperjuangkan emansipasi yang membuat perempuan kadang lupa diri dan tak hormat pada suami. Yang beliau perjuangkan adalah pendidikan yang layak bagi kaum perempuan, yang pada saat itu memang didiskriminasikan. Pendidikan yang kelak menjadi bekal dalam mendidik putra-putri mereka, bukan justru untuk bersaing dengan tujuan ingin menjadi pemenang dalam pertarungan antara laki-laki dan perempuan. Sebagaimana pikiran RA. Kartini yang ditulis pada masa hidupnya. “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”. Demikian surat RA. Kartini kepada Prof. Anton dan istrinya pada 4 Oktober 1902.
Semoga perempuan-perempuan Indonesia khususnya para muslimah tidak terjebak dengan permasalahan kesetaraan GENDER dan arus dunia yang mengarah  pada materialisme dunia yang sangat menggoda. Kembalikan semua pada hukum Allah SWT....
Walaupun agak terlambat saya ucapkan Selamat Hari Kartini....bagi perempuan-perempuan Indonesia :)