Sabtu, 24 November 2012

Mimpi

"Mimpi itu gratis!" Itu yang sering diucapkan oleh suamiku kalau kuprotes jika dia sedang mengungkapkan mimpi-mimpinya. Walaupun mimpi-mimpi itu masih sangat sederhana.Tapi alhamdulillah hampir seluruhnya bisa tercapai. Dan aku pun bisa ikut menikmati hasil dari mimpinya. Kadang memang kita tak berani untuk bermimpi. Padahal mimpi itu perlu juga sebagai motivator kita untuk bekerja dan beramal dengan lebih baik lagi.
Mimpi mendekatkan kita pada kenyataan, mimpi akan membawa kita dekat pada Allah. Ko bisa ya? Saat kita punya impian,mau tidak mau kita pasti membayangkan seolah-olah kita sedang bersama atau berada dalam impian kita. Coba kalau kita ngga pernah punya mimpi, atau takut bermimpi malah,  tentu tak ada bayangan apa pun di pikiran kita. Orang yang serius dengan mimpinya, jadi punya harapan, harapan itu bisa jadi sebuah do'a, dan do'a itu tentu kita gantungkan pada Yang Maha Memiliki apa yang kita impikan. Semakin banyak mimpi dan keinginan kita, semakin banyak interaksi kita dengan-Nya.
Jadi, silakan bermimpi apa pun, asal bermimpi yang positif dan tentu harus ada usaha, jangan hanya kebanyakan mimpi tapi malas untuk merealisasikannya.

Rabu, 21 November 2012

KENAPA PERLU BELAJAR WIRAUSAHA SEJAK DINI?

       Wirausaha atau dikenal pula dengan istilah Entrepreneur dapat diperkenalkan sejak dini melalui lembaga pendidikan formal, entah itu di SMA, SMP bahkan mungkin dimulai dari bangku SD. Kenapa perlu diajarkan sejak dini? Karena untuk menjadi seorang wirausahawan yang tangguh tidak bisa seinstan yang diharapkan. Bukannya karena baru sekali ikut seminar-seminar wirausaha kemudian bisa langsung jadi. Tapi diperlukan latihan yang cukup panjang untuk memunculkan keberanian, kemandirian, memunculkan ide, menghadapi dan memecahkan masalah, dan menimba pengalaman dari mereka yang sudah berhasil.
Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal atau pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat, kewirausahaan menjadi berkembang.
     Dalam agama Islam, kewirausahaan sudah dicontohkan sejak zaman Nabi Muhammad S.A.W. Dimana beliau adalah seorang usahawan yang ulung. Beliau memupuk jiwa wirausaha sejak dini, dengan ikut pamannya berdagang ke Syiria. Khadijah, istri pertama Rasulullah dikenal pula sebagai usahawan. Para sahabat di zaman Rasul pun banyak yang menjadi usahawan sukses.  Utsman bin Affan, salah seorang Khulafa’ur Rasyidin yang juga seorang pengusaha. Meskipun kaya raya, beliau hidup dengan sederhana dan sangat dermawan sehingga beliau dijuluki sebagai Bapak Zuhud. Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat nabi yang kaya raya dan dermawan karena kemahirannya dalam berdagang. Ia termasuk salah satu sahabat nabi yang permulaan menerima Islam (Assabiqunal Awwaluun).
       Berwirausaha memang jarang menjadi pilihan untuk meningkatkan perekonomian, masyarakat lebih cenderung menjadi karyawan atau pegawai negeri. Padahal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa suatu bangsa mampu membangun negerinya apabila wirausahawannya mencapai 2% dari jumlah penduduknya. Sepanjang wirausahawan tersebut sudah terjamin mutu dan kelangsungan hidupnya.


Selasa, 13 November 2012

Seimbang

Allah SWT menciptakan segala sesuatu di dunia ini dengan seimbang. Perhatikan bagaimana Allah siang dengan malam, bumi dan langit, ada pahala dan dosa, ada kebaikan dan keburukan....alam pun diciptakan dengan seimbang, pas untuk kebutuhan makhluk yangdiciptakan-Nya. Yang merusak keseimbangan justru manusia, yang akhirnya menimbulkan kerugian bagi manusia itu sendiri. Mengapa manusia berbuat kerusakan di muka bumi? Karena manusia tidak dapat memanfaatkan potensi yang telah Allah berikan dengan seimbang.
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (Q.S Al-Mulk[67]: 3-4)
Setiap manusia memiliki 3 potensi dalam dirinya, yaitu jasad, ruh, dan akal. Ketiga potensi ini jika dioptimalkan fungsinya, tentu akan melejitkan sosok makhluk Allah yang paling sempurna.
Manusia memiliki jasad yang harus senantiasa dijaga kesehatannya, pola hidup yang baik mulai dari pola makan, aktivitas kerja, olah raga dan istirahat, harus seimbang, agar tidak loyo. Umur memang di tangan Allah, alangkah  lebih berharganya hidup kita jika menjalani hidup dengan fisik yang sehat dan bugar. Manusia juga memiliki ruh. Sisi ruhiyah tentu harus diperhatikan juga. Ruh juga perlu asupan layaknya jasad yang memerlukan makan. Yaitu dengan senantiasa mengingat Allah. Fisik yang kekar tidak ada artinya jika energi ruhiyahnya kosong. Manusia juga punya akal yang juga perlu makan, kok bisa?ya bisalah...akal butuh asupan ilmu, tapi tentu ilmu yang baik-baik, yang bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat.
Apa yang akan terjadi jika ketiga potensi itu tidak teroptimalkan ??
Coba bayangkan seseorang yang memiliki fisik yang kuat, ganteng/cantik, sholatnya rajin...tapi ternyata dia agak tulalit, ga nyambung kalo diajak ngomong, bingung kalo mau ngobrol sama orang karena ilmunya ga nyampe. Tentu dia akan MINDER..
Bagaimana dengan orang yang sholatnya rajin, ilmunya juga woke karena dia rajin baca buku dan ikut kajian sana sini, tapi dia tidak memperhatikan kebutuhan fisiknya, makan tidak teratur, olah raga tidak pernah, yang terjadi adalah fisiknya jadi KELENGER.
Trus kalo orangnya sehat, kebutuhan fisik sudah optimal, otaknya juga pinter kaya profesor, tapi ternyata dia jauh sama Allah. Dia manfaatkan ilmunya hanya untuk kesenangan pribadi atau justru untuk merusak atau mendzalimi orang lain, maka dia disebut orang yang KEBLINGER alias ga tau diri...
So...supaya tidak termasuk dalam 3 kategori tadi, berusahalah hidup dengan seimbang atau  TAWAZUN. 


Allah berfirman dalam Al-Quran surat Ar-Rahman[55]: 7-9
"Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu"

Wallahu a'lam bisshawab
     

Senin, 05 November 2012

Belajar dari Sejarah

Sejarah adalah sesuatu yang sangat harus kita pelajari. Tidak semata menghafal tanggal, tapi yang lebih penting adalah memahami makna yang terkandung dari peristiwa yang sudah berlalu. Dari sejarah, kita bisa belajar banyak. Belajar tentang bagaimana orang-orang berhasil meraih kesuksesan. Belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang-orang terdahulu.
Sebagai seorang muslim misalnya, kita mempelajari sejarah para nabi. Mulai dari Nabi Adam A.S sampai Nabi Muhammad S.A.W. Untuk apa kita belajar sejarah nabi? Apakah hanya supaya hafal nama-nama nabi? Kalo hanya sekedar menghafal nama, itu sesuatu yang mudah. Tapi tahukah kita akan kejadian yang menimpa para nabi dan kaumnya? Apa akibat dari ketidakyakinan umat para nabi di zamannya  pada ajaran Allah sehingga mereka mengalami kehancuran? Andaikan semua manusia di zaman ini sadar dan yakin akan peristiwa di masa lampau termasuk azab yang ditimpakan pada mereka. Mungkin tak akan ada yang berani menyombongkan kekayaan dunia seperti Qorun, atau tak akan ada yang berani melakukan homoseks seperti yang dilakukan orang-orang pada zaman nabi Luth....
Sejarah memang sesuatu yang sangat jauh dan tidak bisa kita ulang. Tapi dari sejarah kita bisa berkaca diri, berusaha memperbaiki diri, dan belajar untuk menghargai karena bagaimanapun keberadaan kita di dunia adalah bagian dari suatu sejarah. Apakah sejarah hidup kita kelak tercatat dengan tinta emas atau kah justru kita mengotori catatan sejarah hidup kita? it's depend on you!!
Let's Fastabiqul Khairat
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al Abaqarah 148).